
JEMBER, www.jembertoday.net – Warga Kelurahan Wirolegi Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, Jawa Timur angkat bicara terkait pemberitaan sebuah radio lokal, yang juga diposting ke platform media sosialnya, dengan judul ‘Perempuan muda terbaring lemah akibat kelaparan di tengah kota Jember’.
Dinarasikan oleh media tersebut, ada seorang perempuan mengalami kelaparan selama 6 bulan. Padahal ia tinggal di dalam perkotaan di Kabupaten Jember.
Baca juga: Tak Ada Warga Kelurahan Wirolegi yang Kelaparan
Begitu berita itu tersebar warga sekitar perempuan itu tinggal, khususnya Warga Wirolegi, bereaksi menolak isi pemberitaan tersebut. Tidak hanya warga, aparat pemerintahan, mulai dari camat, Lurah, koordinator lingkungan hingga Ketua RT dan RW kompak menyatakan bahwa isi berita itu tidak tepat.
Perempuan muda yang menjadi perbincangan publik itu bernama Juhairiyah (34) atau disapa oleh warga sekitar dengan sebutan Bu Sifa (Sifa adalah nama anaknya). Ia tinggal di RW 11 Lingkungan Kaliwining Kelurahan Wirolegi Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Tetangga Juhairiyah yang juga selaku Ketua RW, Hasan Basri, menyebutkan, keluarga Juhairiyah tergolong tertutup. “Bahwasanya keluarga mereka ini kekurangan sdm dan juga tertutup,” ujar Hasan, Jumat, (25/4/2025).

Hasan juga menceritakan keadaan Juhairiyah sebelum jadi buah mulut masyarakat Jember. Sekitar 3 bulan lalu datang petugas kesehatan Kecamatan Sumbersari untuk memeriksa Juhairiyah, berhubung adanya wabah penyakit cikungunya. Tetapi oleh suaminya, petugas tidak diijinkan masuk ke dalam rumah untuk melihat kondisi Juahiriyah.
Menurut Hasan, keluarga Juhairiyah bukan kekurangan makanan atau mengalami kelaparan sebab sebelum jatuh sakit sekitar 6 bulan lalu, ia bekerja di rumahnya. Hasan dan istrinya punya usaha membuat kue ringan (home industri). Sejak sakit Juhairiyah tidak bekerja lagi. Tetapi bukan berarti kekurangan makan.
Hasan mengungkapkan bahwa keluarga Juhairiyah masih mempunyai sawah, meski tidak luas, tapi hasilnya cukup untuk dimakan berbulan-bulan. Ditambah lagi ia juga sering mendapat bantuan baik dari kelurahan maupun komunitas ‘Tangan Di Atas’ yang kebetulan satu RW. Juhairiyah mempunyai satu anak (perempuan muda usia 18 tahun) tetapi tidak tinggal bersama. Anaknya tinggal di pondok pesantren. Ia tinggal berdua dengan suami.
Hal senada juga disampaikan oleh koordinator lingkungan Kaliwining Kelurahan Wirolegi di mana Juahiriyah tinggal. Ahmad Munir menyatakan tidak setuju atas pemberitaan radio di atas. “Dengan kejadian ini saya sangat prihatin, karena saya tahu persis bahwa pihak yang sakit ini (Juhairiyah) sangat dekat dengan bapak RW. Bahkan rumahnya bersebelahan. Malah dia pernah bekerja ke beliau,” ucap Munir.
Menurut Munir tidak masuk akal jika dikatakan Juhairiyah kelaparan. “Jadi kalau dibilang kelaparan seratus persen itu tidak mungkin,” tandas Munir.
Baca juga: 100 Balita Sumbersari Terima PMT dari Alfamart Sahabat Posyandu
Munir pernah bertanya ke Juhairiyah, apakah dia sakit perut? Juhairiyah menjawab demikian, iya bapak nggak tahu kenapa.
Kronologi Juhairiyah Sakit
Kepala Puskesmas Sumbersari, dr Dian Alfiatul Uliyah, menceritakan kronologi kesehatan Juhairiyah.”Kami mendapat info ibu Sifa ini di bulan Januari,” ungkap Dian via telepon.
Waktu itu, katanya, ada laporan dari warga yang menyebutkan ada seorang perempuan muda tidak bisa jalan.
Petugas puskesmas sedang berkeliling untuk mengatasi dan menekan penyakit cikungunya. Tetapi ketika hendak memeriksa Juhairiyah petugas dicegah oleh suaminya. Sehingga petugas kesehatan tidak bertemu langsung dengannya.
“Yang kedua kami bertemu tanggal 21 April itu, yang bersangkutan dibawa ke puskesmas dengan menggunakan ambulan kelurahan,” terang dokter Dian.
Di sana petugas memeriksa kondisi kesehatan Juhairiyah dengan skrining awal. “Waktu pemeriksaan itu memang tidak ada sesuatu yang gawat darurat, maksudnya yang membutuhkan tindakan kegawatdaruratan yang segera ditinjau untuk dirujuk ke UGD,” tambah dokter Dian.
Hasilnya, kadar gula darah baik, hemoglobin baik, tekanan darahnya stabil, papar dr Dian.
“Memang kondisinya lemah ya. Waktu itu disarankan ke poli penyakit dalam agar bisa langsung ketemu dengan dokter spesialis penyakit dalam,” ungkap Dian.
Kemudian Juhairiyah dirujuk ke RSD dr. Soebandi. Oleh pihak keluarga ia dibawa ke rumah sakit Patrang, rumah sakit milik Pemkab Jember, dengan rujukan ke poli penyakit dalam, bukan UGD.
“Kami rujuk dengan diagnosa tumor abdomen, jadi ada masa di perut yang memang mengeras. Kami curiga itu tumor di pencernaan,” beber dokter Dian.
Menurut Dian, di RSD dr. Soebandi dilakukan tindakan pemeriksaan lengkap. Tetapi untuk diagnosa tumor memerlukan pemeriksaan lanjutan. Dokter penyakit dalam, yang memeriksa ,menyarankan untuk melakukan USG (Untra Sono Grafi) abdomen.
Tapi hal itu masih terjadwal. Pasien waktu itu diberi obat oleh Dokter penyakit dalam.
Sehari setelah pemeriksaan di RSD dr. Soebandi petugas Puskesmas Sumbersari memantau Juhairiyah di rumahnya. Ia kembali diperiksa untuk memastikan kondisi kesehatannya.
Juhairiyah minta diinfus karena ia masih kesulitan menelan makanan. Tetapi hal itu ditolak oleh petugas sebab menyalahi SOP, jika dilakukan infus di rumah. Selain rumah tidak layak dari sisi medis (tidak steril) juga tidak ada petugas yang menjaga infus.
“Kami sarankan, kalau untuk perbaikan kondisi bisa rawat inap di Puskesmas, untuk perbaikan KU (Kondisi Umum),” ungkap Dian.
Tetapi hingga berita ini tayang Juhairiyah tidak datang ke Puskesmas Sumbersari.
Konfirmasi Humas RSD dr. Soebandi
Humas RSD dr. Soebandi Jember, drg. Septyono Iwan membenarkan adanya pasien atas nama Juhairiyah diperiksa di poli penyakit dalam.
Pihaknya memberikan surat keterangan untuk kembali periksa pada tanggal 22 Mei 2025.
Tetapi jika kondisi memburuk maka Juhairiyah bisa langsung dibawa ke sana tanpa harus ke puskesmas, dengan membawa surat keterangan yang sudah diberikan itu.
Rencananya, jadwal pemeriksaan tanggal. 22 Mei itu termasuk USG abdomen seperti saran dokter penyakit dalam yang memeriksa Juhairiyah. (Sgt)