JEMBER, www.jembertoday.net – Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan rilis inflasi Bulan Oktober 2024. Setelah 5 bulan berturut-turut mengalami deflasi, bulan Oktober tahun ini inflasi Jember 0,14 persen.
Kepala BPS Kabupaten Jember, Tri Erwandi, menyebutkan fenomena yang terjadi sepanjang bulan Oktober lalu.
Pertama, perkembangan harga BBM non subsidi mengalami penurunan harga, pertamax, dexlite, pertamax Turbo, dan pertamina dex. Kedua, terjadi kenaikan harga emas, baik emas dunia maupun nasional. Ketiga, kenaikan harga kopi dunia. Keempat, kenaikan harga daging ayam ras.
Baca Juga : Pertumbuhan Ekonomi Tapal Kuda Triwulan III 2024 Alami Peningkatan: Pendapatan dan Belanja Naik Signifikan
“Besaran angka inflasi di Kabupaten Jember, inflasi Month to Month (mtm) 0,14 persen, atau bulan oktober terhadap september,” ujar Tri Erwandi yang memimpin rilis seorang diri, Jumat, (1/11/2024).
Sedangkan angka inflasi tahunan (yty) sampai Oktober 1,55 persen, yaitu bulan Oktober 2023 terhadap Oktober 2024.
Untuk inflasi tahun berjalan sebesar 1,03 persen (Oktober 2024 terhadap Desember 2023).
Tri Erwandi juga menyampaikan perbandingan:Kabupaten Jember dengan provinsi dan nasional pada bulan yang sama.
“Kalau Jember inflasinya 0,14 persen, maka Jatim 0,15 persen dan secara nasional 0,08 persen,” kata alumni FEB UNEJ itu.
Sedangkan komoditi utama yang berpengaruh pada inflasi tahunan adalah perawatan pribadi (emas). Untuk komoditas penyumbang inflasi pada Bulan Oktober dari 10 besar diantaranya daging ayam, emas perhiasan, tomat, kopi bubuk, rawon, mi goreng, labu siam, bawang merah, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga (BBM).
Pandangan Para Pengamat
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpWBI) Jember, yang dihadiri Fadilah, menyatakan data yang diungkap BPS tidak berbeda jauh dari prediksi. Inflasi yang terjadi pada Bulan Oktober juga dipicu oleh kebijakan Bank Central RI dengan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) pada angka 6 persen, dari sebelumnya 6,25 persen.
KPwBI telah melakukan kajian-kajian, dan untuk mendongkrak daya beli masyarakat maka BI Rate diturunkan. Dengan demikian diharapkan juga pergerakan ekonomi makin positif, masyarakat kembali membelanjakan uangnya ke pasar, tidak ditabung. Juga di sektor perkreditan akan akan naik.
Sedangkan pengamat dari Institut Teknologi Sains Mandala (ITS Mandala) Jember, Farid Wahyudi, mengatakan, ada hubungan erat inflasi dengan pertumbuhan ekonomi. Ia sepakat dengan Fadilah, bahwa inflasi bukanlah hal buruk, asal disertai dengan pertumbuhan ekonomi.
Ia menyebut, pertumbuhan ekonomi (PDRB, Produk Domestik Regional Bruto ) tahunan pada angka 4,93 persen. Artinya, dengan inflasi Jember 0,08 persen perekonomian Kabupaten tembakau itu masih cukup bagus.
Tetapi Tri Erwandi mengingatkan, pertumbuhan ekonomi ke depan makin berat. Ia menyebut, dari hasil sensus pertanian, ada penurunan luas lahan, hasil produksi, dan pergantian usaha dari beberapa petani ke bidang usaha yang lebih cepat menghasilkan laba.
Sedangkan informasi dari Bulog Kantor Cabang Jember, stok beras dipastikan aman hingga akhir Tahun 2024. Meski ada kebijakan penundaan bansos, terutama beras, tetapi bantuan pangan berupa beras dari stok BCP (Beras Cadangan Pemerintah) masih berjalan hingga Bulan Desember. Untuk memenuhi ketersediaan beras, Bulog akan impor.
Baca Juga : Pola Pikir Konsumtif: Masyarakat Cenderung Pilih Kendaraan Pribadi, Berdampak Kemacetan
Sementara itu, Kasi Humas Polres Jember, Iptu Siswanto, menyatakan bahwa pihak Polres Jember akan mengawal rantai pasokan bahan pangan. Ia juga menegaskan, selama ini tidak ditemukan indikasi penimbunan barang kebutuhan pokok di Jember. (Sgt)