
JEMBER, www.jembertoday.net – Penutupan program pengabdian masyarakat mahasiswa Fakultas Keperawatan UNEJ (Universitas Jember) di desa/kecamatan Sukorambi berlangsung seru. Tidak hanya seremonial belaka tapi ada lomba-lomba bagi warga di Pendopo kecamatan, Rabu, (30/4/2025).
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Keperawatan UNEJ, Dr.Ns.Rhondiato,S.Kep,.M.Kep,.Sp.KMB mengucapkan terima kasih kepada Camat, Kades Sukorambi dan Kepala Puskesmas Sukorambi atas kesempatan bagi mahasiswanya. Ia berharap semoga adik-adik mahasiswa keperawatan nantinya mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus.
Baca juga: Pajak Kendaraan Bermotor Sumber Pendapatan Asli Daerah Jember, Kenapa WP Nunggak?
Kades Sukorambi, Abdus Soim, juga mengucapkan terima kasih, sudah menjadi tempat program pengabdian masyarakat.
Soim, sapaannya, menyebutkan bahwa Desa Sukorambi adalah pusatnya dari Kecamatan Sukorambi. Dengan bangga ia mengatakan, “Jumlah penduduk desa kami banyak, angka stuntingnya paling tinggi. Tapi saya bangga. sehingga pak dokter (kapuskesmas Sukorambi/dr.Hepi Nuansa) dan teman-teman ini bekerja. Justru kalau tidak ada stunting saya malah bingung, puskesmas ini kerja apa nggak?
Dalam catatan Kades Soim, ada 127 mahasiswa sudah praktik selama 9 minggu dalam program pengabdian masyarakat di Desa Sukorambi. Mereka mengidentifikasi penyakit masyarakat, seperti darah tinggi, kolesterol dan lain-lain yang.
Di sana masyarakatnya banyak bertani sayur mayur. Produknya banyak membanjiri Pasar Tanjung Jember.

Sementara itu, di tempat yang sama Kapuskesmas Sukorambi dr.Hepi Nuansa, juga mengucapkan terima kasih. “Adik-adik mahasiswa sangat membantu program-program kesejahteraan di Sukorambi. Harapannya program ini tetap ada. Jika ada hal-hal yang tidak baik mohon maaf, sehingga tidak putus silaturhami.
Saya berpesan, yang baik dicontoh yang buruk dilupakan,” ucap dr. Hepi.
Sedangkan Camat Asrah Joyo Widono, S.Kep., SH, M.Si bersyukur atas kerja sama yang baik antara dunia pendidikan tinggi dengan pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah Kecamatan Sukorambi.
“Tahun 2023 ketika kami masuk status Sukorambi adalah red lochus, sehingga menjadi percontohan penanganan stunting tingkat kabupaten Jember. Alhamdulillah sekarang sudah berwarna hijau,” ucap Asrah disambut tepuk tangan para mahasiswa dan warga yang siap mengikuti lomba-lomba.
Keberhasilan itu tidak lepas peran aktif pemerintah kecamatan dan 5 kades dan perangkat desa di bawahnya. Dengan komunikasi yang baik tercipta suasana guyub rukun, bahu-membahu, saling mengisi dalam penanganan stunting.
Baca juga: Penjelasan UNEJ Terkait Upaya Remote Access ke Komputer Peserta UTBK SNBT 2025
Sedangkan Hani dari panitia lomba menjelaskan, ada 2 lomba yakni cerdas cermat dan demonstrasi isi piringku. “Untuk cerdas cermat topiknya yaitu penanganan dan pencegahan TBC, kesehatan lingkungan, mencegah dan menangani hipertensi, kesehatan kerja petani, dan mencegah dan menangani stunting,” jelas Hani.
Masa pengabdian masyarakat dari mahasiswa Keperawatan UNEJ, kata Hani, 7 minggu pertama stase keperawatan komunitas dan keluarga dan 2 minggu berikutnya keperawatan jiwa di komunitas.
Untuk materi lomba isi piring, peserta mendemontrasikan menu harian gizi anak usia 6-8 bulan, 9-11 bulan, 12-23 bulan, 2-5 tahun, papar Hani. Ada 13 tim peserta di mana masing-masing tim mewakili tiap RW di Desa Sukorambi.
Program Pengabdian Masyarakat untuk Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNEJ
Dr.Ns.Rhondiato,S.Kep,.M.Kep,.Sp.KMB menjelaskan program pengabdian masyarakat dengan Agronursing yang ia gagas di Fakultas Keperawatan UNEJ.
“Kami berfokus pada pemberdayaan masyarakat dengan tiga pendekatan. Pertama Save Awareness, Save Application dan Save Control,” kata Rhondiato.

Masyarakat pada tahap awal harus tahu dan peduli (aware) terhadap apa yang akan dimakan, bagaimana dampak jika kekurangan dan kelebihannya, dan lainnya. Kedua, setelah dia tahu maka untuk membuktikan keyakinannya maka dilakukan atau dikerjakan berdasarkan pengetahuannya itu. Terkahir, apa yang sudah dilakukan terus dikontrol untuk jangka waktu tertentu, papar Rhondiato.
“Itulah upaya kita dalam ikut berkontribusi dalam pembangunan di Jember, seperti saat kita sampaikan ke Pak Bupati (Gus Fawait). Perguruan tinggi tidak menjadi menara gading tetapi akan terus berusaha menjadi menara air, yang berbagi untuk sesama,” pungkas Rhondiato.
Kampus UNEJ di Lumajang
Dr. Suhari dari kampus UNEJ di Lumajang mengatakan kondisi di sana sedikit berbeda dengan di Jember. Meski sama-sama kabupaten yang masyarakatnya banyak sebagai petani tetapi potensi kerawanan bencana alam cukup tinggi, seperti erupsi Gunung Semeru.
“Visi kami sama dengan Fakultas (keperawatan) yang di Jember (UNEJ), kami berorientasi pada sektor pertanian baik itu kehutanan, peternakan, maupun yang lain, di samping potensi bencana,” ungkap Kang Hari sapaannya.
Dosen dan mahasiswa Fakultas Keperawatan UNEJ membuat kegiatan edukasi, pendampingan, kajian dan sebagainya untuk membantu masyarakat agar lebih mandiri. Sekarang sudah muncul Desa wisata. Desa wisata tersebut di Desa Burno Kecamatan Senduro.
Menurut Kang Hari, kemajuan desa itu cukup signifikan. Ada wisata peras susu kambing etawa. Karang Taruna desa mampu menghidupkan ekonomi pertanian dengan BUMDes, dan pertanian sistem organik.
Di kampung-kampung Huntara (Hunian Sementara) dan Huntap (Hunian Tetap), yang dibentuk beberapa tahun lalu pasca erupsi Gunung Semeru, telah menjadi Desa Wisata Edukasi Bencana. Bahkan Desa Wisata itu sering mendapat kunjungan, untuk studi, dari Perguruan tinggi daerah lain, termasuk dari luar pulau Jawa hingga luar negeri.
Kampus UNEJ di Kota Pasuruan
Bagus Dwi Cahyono (dosen) dari kampus UNEJ di Kota Pasuruan menjelaskan kegiatan Tridharma perguruan tinggi, yakni penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNEJ.
“Pada waktu pandemi covid-19 kita adakan edukasi kepada petani tambak bandeng. Kita juga mengamati cara mengurangi stres, sebab lingkup keperawatan juga di kejiwaan, mental dan lainnya,” ungkap Bagus.
Di sisi utara kota, kata Bagus, warga Kota Pasuruan sebagian bekerja sebagai petani tambak bandeng. Pihaknya melakukan pendampingan kepada mereka.
Di tengah kota, warga yang bekerja di industri mebel juga mendapat edukasi dan pendampingan. Mereka tidak sadar bahwa dalam jangka panjang polutan udara dari cat dan butiran debu dari aktifitas gergaji kayu dapat menyebabkan penyakit tidak menular yaitu gangguan paru-paru akut. (Sgt)