
JEMBER, www.jembertoday.net – Generasi Z atau Gen Z adalah mereka yang lahir antara 1997 sampai 2012. Gen Z sudah mempunyai hak politik pada pemilu yang akan datang, hak memilih dan dipilih. Sayangnya ketertarikan Gen Z pada politik rendah. Partai politik saat ini seharusnya merubah pandangan terhadap Gen Z, bukan sebagai obyek politik tetapi sebagai subjek di masa depan.
Tantangan menaklukkan generasi stoberi ini cukup berat. Ketertarikan Gen Z pada politik sangat rendah. Tidak mudah bagi partai politik untuk merangkul kalau tidak merubah cara pandang terhadap mereka. Prof Agus Trihartono, S.Sos.,MA.,Ph.D Guru Besar FISIP UNEJ mengatakan hal itu saat menjadi narasumber pada sarasehan dalam program Jember Pluralitas Hub di halaman kantor Bakesbangpol Jember.
Baca juga: Antusias Kades se-Kecamatan Mumbulsari Kecil dalam Sarasehan Pendidikan Politik
“Gen Z tidak tertarik politik karena isu-isu yang diangkat tidak langsung berhubungan dengan mereka. Mereka tidak tertarik dengan money politic. Parpol akan susah mengimingi pakai cash karena mereka cashless,” terang Prof Agus, Jumat, (7/11/2025).
Gen Z juga lebih suka anti korupsi. Pikiran mereka lebih global dan efisien dalam berbelanja karena semua serba digital, terang Prof Agus.
Guru besar FISIP UNEJ itu menerangkan lebih jauh isu-isu yang digemari Gen Z. “Mereka lebih tertarik isu-isu sosial yang berhubungan dengan kehidupan mereka kelak,” kata Prof Agus.
Isu-isu yang digemari misalnya perubahan iklim (climate change), lowongan kerja, lingkungan dan global changing.
Prof Agus juga menyoroti kelemahan Gen Z yaitu kurangnya pengetahuan sejarah bangsa. Hal inilah yang menyebabkan mereka digolongkan sebagai swing votter. Apa yang tampak sekarang, tanpa melihat sejarah, selama berdampak dan bermanfaat bagi sosial itu akan dipilih.
Ia mengingatkan Parpol, bahwa gen Z saat ini dan masa depan akan menjadi penentu kemenangan parpol. Ini alasan mereka memilih, berdasarkan survei lembaga CSIS, yang disampaikan oleh Prof Agus. Pertama, mereka memilih pemimpin. Kedua, berharap ada perubahan dan ketiga menghindari salah pemilih.
Narasumber lain, anggota TP3D Kabupaten Jember Nyoman Aribowo mengatakan, gen Z bisa berpeluang bergabung dalam partai politik dan membuat perubahan politik di Jember.
Baca juga: Bakesbangpol Jember Gelar Sarasehan Pendidikan Politik di Sukowono
Nyoman mencontohkan kisah perjalanan politik Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Waktu Ahok mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI ia banyak dipilih Gen Z karena dianggap banyak membawa perubahan.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Jember periode lalu dari PAN itu mendorong Gen Z untuk berpartisipasi dalam politik. Tidak harus di parpol tetapi bisa di tempat lain, seperti di komunitas, organisasi kepemudaan, ormas dan lainnya.
Sedangkan narasumber ketiga, Anggun Tri Utami, anggota Komisi C DPRD Kabupaten Jember dari Fraksi PKB menceritakan kisahnya lolos ke gedung wakil rakyat Jember.Ia adalah politikus muda yang berhasil masuk ke DPRD di dapil yang sama dengan Nyoman yaitu dapil 2, Panti, Rambipuji, Sukorambi, Patrang dan Arjasa.
Anggun anak salah satu Kades di Kecamatan Panti. Dua tahun sebelum pencoblosan ia menggunakan medsos untuk meraih simpati calon pemilih yang kebanyakan anak-anak muda. Dan cara itu cukup berhasil mengantarkannya ke gedung dewan.
Sarasehan dengan tema generasi muda dan partisipasi politik dalam pembangunan bangsa merupakan bagian dari program Jember Pluralitas Hub (JPh) Bakesbangpol Jember.

Mewakili Plt Kepala Bakesbangpol Dandy Radyant selaku sekretaris mengucapkan selamat datang dan berterima kasih atas kehadiran 8 organisasi sayap partai.Dandy juga menyebut program inovatif lain yaitu J-Kreb. Sebuah aplikasi yang mempermudah bagi para mahasiswa dalam mengurus perijinan magang atau penelitian.
Dalam sambutan tertulis Kepala Bakesbangpol yang dibaca oleh Dandy, program JPh adalah sarana komunikasi 5dikemas dengan suasana santai untuk menyampaikan informasi dan aspirasi. (Sgt)




