Tokoh Lintas Agama |
Jembertoday.com – Forum Silaturahmi Lintas Agama (Sila Emas) Jember mengadakan acara silaturahmi Lintas Agama, Lintas Elemen Masyarakat dan Lintas Generasi. Acara digelar di sanggar budaya Ta’ Bhuta An, Duplang di Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Jember, Sabtu, 4 Juli 2020.
Acara berlangsung dinamis dan hidup berkat antusiasnya peserta. Tokoh-tokoh dari keenam agama dan aliran kepercayaan hadir. Mewakili umat Katolik, Pastor Agi dan Pastor Endi dari HTSPM Sempusari. Mewakili umat Islam Kiai Misbahus Salam, ketua FPK dan BAZNAS, mewakili umat Budha Romo Sutarno dari Vihara Damma Metta, dari umat Kristen Pdt. Soni Saksono dan Budiono, Pasamuan Jember, mewakili aliran kepercayaan Sunyoto dari Sapta Darma dan tokoh-tokoh lainnya.
Redi, Ketua Peace Leader Jember salah satu eleman dari Forum Sila Emas mengatakan dalam masa memasuki kenormalan baru perlu adanya sosialisasi dan edukasi pada masyarakat termasuk antar generasi. “Kita berikan edukasi kepada masyarakat tentang protokol kesehatan,” ujar Redi. Kebiasaan mamakai masker memang belum membudaya di masyarakat. Selain itu juga membiasakan diri mencuci tangan sesering mungkin.
Redi sampaikan juga bahwa forum juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap bersatu meskipun berbeda pilihan pada masa pilkada. “Kita bersama-sama lawan hoax terutama yang di media sosial agar Jember lebih dari damai,” ucap tokoh muda itu. Masyarakat diajari bagaimana teknis literasi di media sosial yang lebih baik.
Ta’ Bhuta An |
Hal yang tidak kalah penting yaitu bagaimana ikut mempromosikan budaya lokal sebagai kekuatan dan identitas serta karakter bangsa. “Seni Ta’ Bhuta An bisa dikembangkan sebagai wisata budaya yang besar,” tuturnya.
Diakhir acara peserta disuguhi atraksi kesenian dari Sanggar Duplang berupa tarian barongan. Pimpinan sanggar, Sugianto mengatakan yang menjadi ciri khas sanggar ditempatnya adalah tarian Ta’ Bhuta An. Sugianto mengklaim itu adalah asli dari Arjasa. Sepasang penari Ta’ Bhuta An, ketika akan memperagakan atraksinya masuk ke dalam boneka kayu yang telah dihias seperti orang- orangan, mirip ondel-ondel tetapi agak kecil dan tangannya diikat. Ini mengandung simbol manusia harus bisa mengekang hawa nafsunya. Alat musiknya disebut “Gendung” terdiri dari ketepong, jidur dan platean (kendang kecil)
Ismanto mengatakan, biasanya tarian ini diperagakan setahun sekali saat ulang tahun Desa Arjasa atau disebut “Kajisat”, selamatan Desa Arjasa.
“Biasanya hari Kamis pahing Bulan Agustus,” pungkas Sugianto.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jember, Gatot Triyono ketika dimintai keterangan adanya elemen masyarakat yang secara aktif mengedukasi new normal mengatakan senang. ” Semakin banyak orang sadar akan pentingnya perilaku yang baru yang disebut new normal maka mempercepat putusnya rantai penyebaran Covid19, ” ucap Gatot. (spa)
Facebook Comments Box