JEMBER – Menyambut HUT ke 93 Gereja Katolik Santo Yusup (Paroki St Yusup) Jember panitia HUT menggiatkan kembali Jumat Berkah. Panitia menyediakan nasi kotak dan bungkus untuk diberikan kepada masyarakat yang kurang beruntung kebanyakan abang becak di sekitar Gereja.
Pastor Kepala Paroki Gereja Katolik Santo Yusup Jember, Romo Yoseph Utus, O Carm, mengatakan kegiatan ini adalah salah satu bentuk kasih yang diberikan umat bagi sesama yang membutuhkan.
“Kegiatan Jumat Berkah ini sebenarnya sudah dilakukan setiap tahun. Kali ini kita giatkan lebih lagi dalam rangka HUT Paroki ke sembilan puluh tiga tahun,” tutur Romo Yoseph di halaman Gereja Jumat (21/5/2021).
Romo yang belum dua bulan bertugas di Paroki Jember menjelaskan lagi, pihak Gereja sangat memahami kesulitan masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini. Tidak sedikit usaha pekerjaan mereka mengalami penurunan bahkan sampai tutup. Sedikit banyak apa yang telah dikerjakan bisa meringankan beban hidup mereka.
“Kami bersyukur di dalam Jemaat sendiri sudah tumbuh budaya memberi. Mereka tidak pernah jemu berbuat baik dengan membagikan berkat dan rejekinya di tiap kesempatan,” pungkas Romo Yoseph.
Sementara itu Agustinus Dwijatmoko, Ketua Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Santo Yusup Jember, menjelaskan kepada Jember Today setiap Jum’at panitia menyediakan 150 kotak nasi.
“Sebelumnya kita adakan rapat secara daring dengan wakil-wakil dari jemaat. Justru mereka mengingatkan dalam HUT kegiatan Jumat Berkah lebih digiatkan,” Agus Dwi sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan lagi Jumat Berkah sudah dilangsungkan sejak tahun 2018. Tetapi karena pandemi Covid-19 pernah terhenti. Kali ini bersamaan dengan momen HUT Paroki Jember ke 93 kembali diaktifkan.
Paroki Santo Yusup Jember berdiri dan diakui secara resmi oleh Pemerintah (waktu itu Belanda) sejak 4 Juni 1928. Hingga kini Paroki bertahan bahkan semakin banyak jemaat yang bergabung.
Di bagian lain Ketua Bidang Pelayanan Pelaksana Kegiatan, Stefanus Agus Supriyanto, mengatakan sumber dana kegiatan berasal murni dari jemaat. “Ada yang memberikan dalam bentuk mentah, ada pula yang sudah jadi atau mateng,” kata manager salah satu koperasi itu.
Ibu-ibu dan remaja putri Gereja memasak bahan-bahan makanan. Setelah matang dibungkus dalam kotak steroform ataupun kertas bungkus untuk diberikan kepada masyarakat.
(Sigit)