JEMBER – “Saya merinding mendengar kisah dari Ibu Faida di Jember,” kata moderator Webinar, Nur Iman Subono dari Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Indonesia ketika mendengar uraian panjang Bupati Jember tentang karir politiknya.
Dokter Faida mengatakan bahwa karir politiknya tidak berjalan mulus-mulus saja. Diawali tahun 2014 ia berpasangan dengan Kyai Muqit Arief maju diusung oleh 4 partai politik, Nasdem 5 suara, PDIP 7 suara, Hanura 3 suara dan PAN 2 suara total 17 suara. “Waktu itu saya tidak mau membayar mahar politik,” kata Faida. Pada akhir perhitungan suara ternyata pasangan Faida-Muqit memenangkan pilkada Jember tahun 2015.
Dalam perjalanannya tidak sedikit jurang terjal harus dilalui oleh Faida. “Beberapa kali saya diancam bahkan akan dibunuh,” kenang perempuan pertama yang jadi Bupati Jember. Tetapi hal itu tidak menggoyahkan tekadnya untuk menjalankan prinsip tegak lurus penyelenggaraan pemerintahan dengan slogan 3 B, baik tujuannya, benar hukumnya dan betul caranya.
Gaya kepemimpinan dan birokrasi yang diterapkan banyak kali mendapat tentangan baik oleh bawahannya maupun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jember. Komunikasi politik yang kurang baik dengan DPRD menggulirkan pemakzulan. Tetapi Faida masih kukuh pada keyakinannya bahwa ia masih tetap menjadi Bupati pilihan rakyat Jember. Faida, ” Sampai hari ini berkas tuntutan dewan belum dikirim ke mahkamah agung,” katanya di dalam forum Webinar.
Faida meneruskan kisahnya dari Pendopo Bupati pada forum, saat ini dukungan rakyat Jember cukup besar untuk dirinya maju kontestasi pilkada sebagai petahana lewat jalur perseorangan. “Hasil Verfak yang resmi kami kirimkan ke KPUD seratus dua puluh satu ribu dukungan. Tapi pada faktanya lebih dari dua ratus lima puluh ribu rakyat Jember mendukung kami,” jelasnya.
Webinar itu diadakan, Selasa, 25 Agustus 2020 oleh Lembaga Riset Cakra Wikara Indonesia (CWI) yang menfokuskan pada perempuan dan politik. Kali ini CWI mengulas perempuan sebagai kepala daerah, sub tema pola kepemimpinan dan kebijakan.
Tiga hal yang dikupas oleh CWI, rise to power (bagaimana cara memperoleh kekuasaan), leaderships style (gaya kepemimpinan) dan ketiga policy conseuqunces (konsekuensi kebijakan).
Dalam Webinar, ada tiga kepala daerah yang diundang dan memberikan pengalamannya. Selain Bupati Jember juga ada Walikota Batu, Dewanti Rumpoko dan Bupati Karawang, Celica Nurrachadiana. Masing-masing kepala daerah punya kisah sendiri.
Dari ketiga contoh kepala daerah yang diamati, bagaimana seorang perempuan yang menjadi kepala daerah, CWI membagi 4 wilayah perempuan. Pertama, ia mewakili diri sendiri, kedua mewakili kaum perempuan, ketiga mewakili parpol (elektoral politik) dan mewakili keluarga atau kekerabatan atau dinasti. (spa)